Dan hari ini tepat ketika adik adik ku tertidur lelap, di luar kamar ku terdengar ketukan pintu sambil berlirih “ra, bapak masuk angin, coba dikerikin”.. Dengan cepat aku beranjak dari posisi tidur ku, dan langsung ku letakan Hp td dari tadi menemani aku sebelum mata ku terpejam.. Dengan cepat aku langsung bersuara “iya pak, tunggu bentar”. Langsung kubuka pintu kamar ku dan seperti biasa ketika aku mendengar instruksi “minta di kerokin” aku langsung mencari peralatan “perang” itu. Aq berusaha mencari tp tidak kutemui dan terpaksa aku membangunkan adik perempuan ku dan bertanya “dek, peralatan kerokan ditaro diMana? ” Tanya ku. Karena aq tau persis pasti dia yg membereskan dan menyimpAn nya. Diantara setengah sadar adik ku menjawab “itu, aq taro di lemari belakang deket dapur”.. Mendengar petunjuk adik ku, aku langsung menuju dapur dan mengambil alat kerokan.. Tak banyak cuma modal coin tembaga zaman dulu hasil peninggalan nenek buyutku… Dan coin itu dibuat ketika jaman belanda… Coin itu yg selama ini menolong kami dan menjadi alat untuk mengerok masuk angin…
Setelah coin itu ku pegang, aq langsung menuju ketempat dimana bapak ku sudah berada di posisi siap untuk di kerok..
Dan seperti biasa, aq langsung melakukan ritual kerokan..
Dan malam ini, aq meneliti tubuh yang tertelungkup itu.. Ku lihat postur tubuhnya sudah mulai menyusut.. Dan ini menandakan beliau sudah tidak muda lagi dan menandakan bahwa kondisi tubuhnya sudah mulai sakit sakitan dan rentan terserang masuk angin..
Di belakang tubuh yg sudah keriput itu, aku mulai membayangkan tubuh bapak ku yang dulu… Dan sambil dalam posisi mengeroki beliau, pikiran ku melayang ke kejadian dulu, hati ku berujar “yaa allah tubuh yg dulu gemuk dan gagah sekarang sudah mulai keriput dan hitam karena terbakar matahari”..
“Tubuh yg dulu ketika kami kecil mampu menggendong kami, kini sudah menyusut kecil”…
“Yaa allah, dulu tubuh itu begitu keras dan kekar sekarang kulit yang menghitam itu sudah terlihat tulang2”..
Pikiran ku terus bermain main dengan sosok tua yang ada di depan ku..
Sosok “tua” yang dari dulu sudah menjadi idola ku, karena ke uletan dan kerja keras beliau yang tak pantang mengeluh…
“sosok tua itu yang sedari dulu menjadi “penghalang” ku untuk melakukan hal2 yang merusak masa depan ku..
“Sosok tua” itulah yang menjadi pedoman kami dalam menilih antara baik dan buruk…
Karena sosok “tua” itulah bapak ku..
Iya bapak ku menjadi pembatas antara aku dan jurang ke gelapan..
Sedari dulu, aku bukan anak penurut, tapi sosok “bapak” ku mampu menghentikan langkah ku ketika teman2 ku tengah sibuk mengiming2i ku kesibukan dan kenikmatan duniawi..
Berapa banyak teman2 ku “mengajak” ku mencicipi “dunia semu” ketika aku jauh dari keluarga ku…
Tapi aku bukan sosok yg penurut..
Bayangan wajah Bapak dan Ibu ku mampu menolak “ajakan” dan bisikan bisikan itu…
Seberapa sering teman2 ku “menawarkan” kehidupan malam pada ku.. Dan lagi lagi wajah keriput ayah dan ibu ku menjadi “penghancur” tawaran-tawaran yg memabukan itu…
Dan lagi lagi aku bukan sosok anak penurut tapi bapak dan ibu ku memberikan kepercayaan penuh kepada ku. Mereka membolehkan aku kuliah jauh dari mereka dan mereka memberikan kepercayaan yg sungguh “jarang didapat” oleh anak anak lain di luar sana..
Sampai detik ini bapak dan ibu ku bukan lah orang tua yang suka melontarkan kata “jangan”…
Tapi kami sudah cukup paham, bahwa apa apa yang terjadi pada diri ini adaLah sepenuhnya tanggung jawab kami…
Dari dulu kami telah belajar banyak dari dua sosok “keriput” itu..
Mereka lah Bapak dan Ibu ku…
******
Sambil mengerok, hati ku terus melirih…
“Berkat kerja keras “orang yang ada di hadapan ku ini, aku dan adik kakak ku mampu mengecap pendidikan tertinggi…
Dan karena kerja keras “sosok hitam kurus” ini lah aku bisa bertumbuh dan dewasa tanpa harus mencicipi hal2 yang amat sangat memalukan..
Selesai aku dengan mengeroki seluruh belakang bapak ku, aq memberikan sedikit pijatan pada tubuh yg tua itu sembari melirih “tubuh inilah yang memberi kami sesuap nasi, dan tubuh inilah yang bekerja keras membanting tulang Agar kami tak kekurangan…
Setelah selesai memijat, bapak ku merequest untuk di pijat bagian betis kaki… Aku langsung memegang betis kaki yang terada dingin itu.. Dan bertanya “kok dingin pak, bapak dari kamar mandi ya tadi”… Dan bapak ku menjawab “enggak, mungkin itu akibat masuk angin yang kelewat”…
Aku berusHa membuat kaki itu menghangat… Ku pijat sampai aku merasakan aura hangat…
Cukup lama ku pijat bagian kaki itu dan sempat ku kerok juga bagian betis itu..
Sambil memijat aku berdoa “yaa allah jagalah bapak dan ibu ku dengan sebaik baik penjagaan Mu”
Dan sampai akhirnya bpak ku berkata “sudah cukup”…
Keringat ku bercucuran tapi tak sebanding dengan keringat beliau membanting tulang….
#karena aku tak tau umur ayah dan ibu ku…